Pertemuan 4 - Hukum Komunikasi

5 Hukum Komunikasi Yang Efektif

5 Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective Communication) yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.

Hukum # 1:

Respect Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.

Bahkan rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah dengan memberikan penghargaan yang jujur dan tulus. Seorang ahli psikologi yang sangat terkenal William James juga mengatakan bahwa "Prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai." Dia mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan (bukan harapan ataupun keinginan yang bisa ditunda atau tidak harus dipenuhi), yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak tergoyahkan.

Hukum # 2:

Empati Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.

Kemampuan untuk mendengarkan ini juga merupakan salah satu dari 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti (Seek First to Understand-understand then be understood to build the skills of empathetic listening that inspires openness and trust). Inilah yang disebutnya dengan Komunikasi Empatik. Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain.

Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya. Oleh karena itu dalam ilmu pemasaran (marketing) memahami perilaku konsumen (consumer's behavior) merupakan keharusan. Dengan memahami perilaku konsumen, maka kita dapat empati dengan apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat, harapan dan kesenangan dari konsumen. Demikian halnya dengan bentuk komunikasi lainnya, misalnya komunikasi dalam membangun kerjasama tim. Kita perlu saling memahami dan mengerti keberadaan orang lain dalam tim kita. Rasa empati akan menimbulkan respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun teamwork.

Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima.

Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif. Banyak sekali dari kita yang tidak mau mendengarkan saran, masukan apalagi kritik dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang merupakan arus balik dari penerima pesan. Oleh karena itu dalam kegiatan komunikasi pemasaran above the lines (mass media advertising) diperlukan kemampuan untuk mendengar dan menangkap umpan balik dari audiensi atau penerima pesan.

Hukum # 3:

Audible Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan.

Hukum # 4:

Clarity Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Ketika saya bekerja di Sekretariat Negara, hal ini merupakan hukum yang paling utama dalam menyiapkan korespondensi tingkat tinggi.

Karena kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim kita.

Hukum # 5:

Humble Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Jadi, pada intinya rendah hati antara lain: sikap yang penuh melayani (dalam bahasa pemasaran Customer First Attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.

Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan.

Pertemuan 7 - Pembangunan

Menurut Rostow, pembangunan merupakan segala sesuatu yang terus maju dimulai dari satu tahap primitive ke tahap yang lebih maju. Pembangunan merupakan suatu tahap perubahan menuju arah yang lebih baik yang akan terus terjadi dan tidak akan berhenti. Pembangunan itu sendiri tentunya akan melibatkan banyak pihak dan akan memiliki dampak yang sangat luas

Pembangunan itu sendiri memunculkan adanya sebuah unsur yang tidak akan terlepaskan, yakni modernisasi. Kemajuan dan perkembangan dari suatu pembangunan tentunya akan mengakibatkan terjadinya modernisasi. Kemudian, modernisasi itu sendiri memiliki akibat tersendiri, yakni munculnya westernisasi yang menjadikan orientasi politik luar negri, di mana terbentuklah Negara maju, Negara periphery dan semi periphery. Sehingga kapitalisme terbentuk di Negara-negara tersebut. Negara yang mampu berjalan seiring dengan perkembangan dan modernisasi akan mampu bertahan dan bersaing, sedangkan Negara yang tertinggal untuk mengikuti perkembangan dan modernisasi menjadikan Negara tersebut dikuasai oleh Negara maju. Pembangunan itu sendiri tidak hanya berakibat luas antar Negara, tetapi juga memberikan dampak di pola konsumsi masyarakat itu sendiri. Munculnya pola hidup konsumerisme mengakibatkan masyarakat sering berusaha untuk membeli barang-barang yang branded. Hal ini secara tidak sadar tentunya malah akan menguntungkan Negara maju yang memproduksi barang tersebut, masyarakat lebih tertarik untuk membeli barang-barang produk luar negri ketimbang membeli barang produk negaranya sendiri.

Dalam upaya pembaharuan, McQuail (1987:97) prinsipnya menyatakan bahwa media paling baik digunakan secara terencana untuk menimbulkan perubahan dengan menerapkan pola pembangunan berskala besar. Media khususnya media massa memiliki dampak yang sangat luas dan kuat bagi masyarakat. Media memiliki kemampuan untuk mempengaruhi masyarakat untuk melakukan apa yang semestinya dilakukan sesuai dengan fakta-fakta dan bukti yang disajikan. Media memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam mempengaruhi pola pikir masyarakat. Tidak hanya itu, media juga memiliki kemampuan untuk meraih dan menjangkau masyarakat dalam jumlah yang banyak dan sangat luas, sehinga tidak heran jika dampak yang dihasilkan oleh media menjadi sangat kuat.

Pertemuan 6 - Citizen Journalism

Citizen journalism (jurnalisme warga) merupakan suatu bentuk jurnalisme yang melibatkan semua orang atau masyarakat. Pada bentuk jurnalisme ini, warga sebagai subjek secara aktif terlibat dalam proses pencarian, pengumpulan, serta pengolahan informasi.

Media yang biasa digunakan sebagai bentuk citizen journalism antara lain:

1.Radio atau televisi yang melakukan interaksi interaktif dengan audience. Disini audience dapat terlibat langsung untuk memberikan tanggapan mengenai suatu peristiwa ataupun dapat memberikan informasi mengenai peristiwa yang sedang terjadi.

2. Audience mengirimkan rekaman video/audio kepada media televisi/radio. Audience biasanya memiliki keterbatasan pada alat yang digunakan untuk merekam. Mereka biasanya menggunakan alat perekam sederhana seperti handphone atau digital kamera. Sehingga terkadang kualitas hasil rekaman kurang maksimal.

3. Online media, memberi kesempatan kepada pembaca untuk menyampaikan komentar dan interaksi satu sama lain. Pada online media, setiap orang bebas untuk memuat informasi baik secara formal maupun informal.

4. Blog, twitter, sebagai forum komunikasi, dialog, bahkan penyajian berita. Namun kini muncul perdebatan menegenai perlu atau tidaknya regulasi terhadap new media tersebut, karena kini banyak ditemui permasalahan akibat penyalahgunaan new media.

Adapun fungsi media tersebut, adalah sebagai berikut:

1. Ruang Publik : media berfungsi sebagai ruang yang hanya relevan untuk membicarakan urusan-urusan publik yang dibahas oleh banyak orang secara bersama-sama.

Pada fungsi ini, apakah sajian infotainment termasuk ruang publik ? Jawabannya adalah tidak, karena infotainment cenderung meliput hal-hal yang private (pribadi) yang bukan untuk konsumsi publik.

2. Institusi Sosial : media didirikan dan dioperasikan untuk kepentingan masyarakat dengan memberikan informasi yang tepat dan mendidik bagi masyarakat. Pada fungsi ini media mengemban kepentingan publik. Namun pada kenyataannya, saat ini media banyak yang mengemban kepentingan ekonomi, yakni hanya mengutamakan kepentingan bisnis, untuk memperoleh keuntungan.

Isi Media

Isi media sebagai ruang publik terbagi menjadi dua, yakni:

a. Berita

Yang termasuk dalam jenis berita adalah berita dalam berbagai format (hard news, soft news, investigative news, in-depth news, feature, dll), wawancara, serta talkshow.

Tidak semua informasi merupakan berita, parameternya adalah nilai yang terkandung didalamnya (nilai berita) serta kode etik.

· Nilai berita

Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi agar informasi bisa disebut sebagai berita. Syarat-syarat itulah yang dimaksud dengan nilai berita. Nilai berita terdiri dari:

a. Aktualitas : informasi tersebut bersifat aktual atau terkini, baru saja terjadi.

b. Akurasi : berita mencakup informasi yang akurat, tidak mengarang namun sesuai dengan fakta dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

c. Keberimbangan : dalam mengungkap fakta, informasi yang disajikan harus berimbang pada dua sisi pihak yang terlibat (cover both side).

d. Relevasi publik : Sebuah berita yang ditulis pada media harus relevan dengan kebutuhan publik, mengutamakan kepentingan publik.

e. Prominensi : Informasi dapat menjadi berita apabila melibatkan nama-nama besar atau subjek yang populer dan dikenal oleh publik.

f. Magnitude : Jika informasi melibatkan hal yang besar maka dapat menjadi berita. Contoh, jika ditemukan kasus korupsi dengan jumlah uang yang sedikit belum tentu dapat menjadi berita. Tetapi jika kasus korupsi itu menyebut nominal angka yang sangat besar maka dapat menjadi berita.

g. Proksimitas : Kedekatan suatu isu atau peristiwa terhadap audience.

h. Kompetensi sumber : dalam sebuah berita, sumber yang dikutip oleh medai haruslah sumber yang kompeten dan memiliki kredibilitas.

i. Konflik : bad news is a good news.

· Kode Etik

Kode Etik yang harus dipenuhi oleh setiap jurnalis dalam memuat berita adalah sebagai berikut:

a. Berita tidak boleh berprasangka

b. Berita harus mengandung konfirmasi

c. Berita tidak boleh mengandung hal yang sarkastis, sadistis, dan pornografis

d. Berita menggunakan bahasa yang benar

e. Berita harus memuat informasi berdasarkan kebenaran dan fakta.

b. Non Berita

Yang termasuk dalam jenis non-berita adalah opini, surat pembaca, tajuk rencana/editorial, iklan. Berbeda dengan berita yang menyajikan informasi dengan melihat pada banyak sisi, tajuk rencana merupakan sikap media terhadap isu tertentu.

Parameter pada non-berita antara lain kepantasan ruang publik, proporsionalitas, dan kode etik.

Dilema Jurnalisme Warga

Apakah jurnalisme warga telah dilakukan berdasarkan nilai-nilai berita dan kode etik ? Tentu ada keterbatasan yang mengakibatkan warga tidak dapat menyajikan berita sesuai dengan nilai berita dan kode etik yang harus dipenuhi. Dilema yang seringkali dirasakan oleh para citizen journalism antara lain sepert:

· Kecepatan vs kelengkapan/kedalaman berita

Demi mengejar aktualitas sebuah berita, seringkali citizen journalist melupakan kelengkapan informasi yang disampaikan.

· Partisipatory vs esensi/kualitas jurnalistik

Ketika warga dengan mudah bisa berpartisipasi dalam berbagai media seperti twitter, blog, dll, maka akan dipertanyakan esensi jurnalistik dalam berita tersebut. Apakah informasi yang dimuat termasuk dalam berita?

· Ruang privat vs ruang publik

Dalam hal ini masih sangat dipertanyakan dimanakan letak fungsi media online (blog, twitter,dll) yang sering digunakan citizen journalist.

· Urusan privat vs urusan publik

· Perluasan ukuran dan parameter ruang publik guna memperkuat perwujudan prinsip-prinsip partisipasi publik vs kolonisasi ruang publik oleh urusan-urusan privat.

Urgensi Jurnalisme Media

Fenomena citizen jounalism tentu tidak semata-mata muncul tanpa ada hal yang melatar belakanginya. Ternyata ada beberapa hal yang menjadi penyebab munculnya citizen journalism.

1. Terbatasnya ruang untuk partisipasi politik warga

2. Pemberitaan media yang eletis : tidak banyak menyentuh urusan-urusan masyarakat di akar rumput.

3. Pemilihan sumber berita pada pemberitaan media yang melulu berorientasi kepada sumber-sumber elit, seperti pemerintahan, DPR, para pakar intelektual, aktivis.

Dengan adanya masalah-masalah seperti disebut diatas, tentu saja mengusik warga untuk turut serta memberikan kontribusi dalam bidang jurnalistik. Warga menggunakan berbagai cara untuk dapat menyampaikan pendapatnya kepada media. Sebenarnya dimanakah posisi publik dalam ruang publik media ? Apakah cukup sebagai penonton saja ? Publik kini bukanlah publik yang pasif dalam menerima informasi, publik kini lebih aktif dan kritis dalam mengolah informasi yang mereka dapatkan. Oleh karena itu media kini harus lebih cermat lagi dalam melihat apa yang sebenanya diinginkan oleh publik, serta lebih mengutamakan kepentingan publik.

Permasalahan yang kini juga muncul pada media adalah media cenderung autis (autisme media) sehingga melupakan kepentingan dan kebutuhan publik. Media sebagai ruang publik harusnya melibatkan publik, namun kenyataannya media cenderung asyik dengan dunianya sendiri. Itulah sebabnya media kini hendaknya melibatkan publik dalam pemberitaan yang dimuat, paling tidak berita tersebut memang dibutuhkan oleh masyarakat.

Pertemuan 5 - Komunikasi Politik dan Pembangunan

Pada dasarnya setiap individu tidak akan pernah lepas dari kegiatan politik. Kelas menengah (kaum terpelajar) juga secara langsung maupun tidak langsung selalu melakukan komunikasi politik. Bentuk komunikasi politik yang dilakukan yakni politik praktis. Misalnya : berdikusi mengenai kebijakan manajer baru dalam perusahaan, mengomentari peraturan di universitas, dsb.

Menurut Nimmo (1993 : 8 ), “ Komunikasi Politik merupakan komunikasi yang mengacu pada kegiatan politik”. Pembicaraan yang mengandung bobot politik, terlepas hanya sebatas mendiskusikan, tanpa terlibat langsung dalam aktivitas sebuah partai politik maupun kelompok – kelompok politik yang ada dalam masyarakat.

Komunikasi Politik merupakan proses komunikasi massa termasuk komunikasi antar pribadi dan elemen – elemen di dalamnya yang mungkin mempunyai dampak terhadap perilaku politik”. (Krans dan Davis, 1976 : 7 ). Rush dan Althoff, (1997 : 225), menyebutkan komunikasi politik merupakan transmisi informasi yang secara politis dari satu bagian sistem, politik kepada sistem politik yang lain , dan antara sistem sosial dan sistem politik merupakan unsur dinamis dari suatu sistem politik.

Kriteria komunikasi politik:

1. kuantitas lebih besar daripada kualitas ( Kn > Kl ), maka disebut otoritarian.

2. kuantitas lebih kecil daripada kualitas (Kn <>eksklusif.

Contoh: iklan BMW yang ditayangkan selama program Todays Dialog (padahal jumlah khalayak yang menonton tayangan Todays Dialog sedikit).

3. Kuantitas sama dengan kualitas ( Kn = Kl ) à sangat langka

Lima komponen komunikasi politik :

1. Komunikator politik, merupakan seseorang yang memiliki kemampuan dalam komunikasi politik.

2. Pesan politik, menyangkut pesan politik menyangkut pembicaraan dan aneka informasi politik tentang kekuasaan, pengaruhnya dalam masyarakat .

3. Media komunikasi politik, Secara umum alat untuk mengirimkan pesan – pesan politik .

4. Khalayak komunikasi politik, khalayak komunikasi politik dapat dibentuk melalui opini publik .

5. Dampak komunikasi dalam politik, yaitu konsekuensi dari sosialisasi politik .

Dalam banyak kasus, dalam berkomunikasi aspek biologis komunikator sering diagungkan. Hal ini tentunya memberikan dampak yang signifikan dalam mempengaruhi khalayak. Misalnya, Bung Karno dahulu dipercayai sebagai keturunan dewa, dsb. Namun, ketika opini publik telah terbentuk sangat sulit bagi seseorang atau sekelompok orang untuk mengubah pandangan tersebut. Sebagai contoh : Belakangan ini citra kepolisian tercoreng karena terungkapnya tindak kekerasan yang dilakukan oleh beberapa oknum polisi. Pendapat tersebut karena sudah menjadi opini publik, maka akan sangat sulit untuk mengubahnya ( Hal ini sesuai dengan Teori Spiral of Silence / Spiral Kesunyian ).

KONSEP PEMBANGUNAN

Pembangunan, meskipun memiliki substansi yang lebih politis, tetapi biasanya tidk bisa dilepaskan dari unsur modernisasi. Rostow (1960 : 57) yang menyatakan bahwa, “ pembangunan adalah sesuatu yang terus maju , dari suatu tahap yang primitif ketahap yang lebih maju”.

Dalam upaya pembaharuan, McQuail (1987:97) prinsipnya menyatakan, media paling baik digunakan secara terencana untuk menimbulkan perubahan dengan menerapkan dalam program pembangunan berskala besar.

Modernisasi menjadi sebuah model pembangunan yang berkembang dengan pesat seiring keberhasilan negara dunia kedua. Negara dunia ketiga juga tidak luput oleh sentuhan modernisasi ala barat tersebut. berbagai program bantuan dari negara maju untuk negara dunia berkembang dengan mengatasnamakan sosial dan kemanusiaan semakin meningkat jumlahnya. Namun demikian kegagalan pembangunan ala modernisasi di negara dunia ketiga menjadi sebuah pertanyaan serius untuk dijawab. Beberapa ilmuan sosial dengan gencar menyerang modernisasi atas kegagalannya ini. Modernisasi dianggap tidak ubahnya sebagai bentuk kolonialisme gaya baru, bahkan Dube (1988) menyebutnya seolah musang berbulu domba.

Modernisasi merupakan perubahan progresif, sekalipun akibat samping maupun korban modernisasi beraneka macam dan kadang-kadang diliuar batas kemanusiaan dan moral universal.

MEDIA MASSA DAN PEMBANGUNAN

McQuail (1987:97) prinsipnya menyatakan, media paling baik digunakan secara terencana untuk menimbulkan perubahan dengan menerapkann adalam program pembangunan berskala besar. Daniel Lerner menggaris bawahi pula pengaruh-pengaruh lainnya dalam perubahan yang diakibatkan oleh media – massa.

Media yang paling baik untuk menyebarkan informasi dan berpeluang untuk mendukung pembangunan di negara sedang berkembang adalah radio dan televisi (Schramm, 1977). Media massa menurut Schramm secara sendirian atau bersama lembaga lain dapat melakukan fungsi-fungsi sebagai berikut :

1. Sebagai pemberi informasi. Tanpa media massa sangatlah sulit untuk menyampaikan informasi secara cepat dan tepat waktu seperti yang diharapkan oleh suatu negara yang sedang membangun.

2. Pembuatan Keputusan. Dalam hal ini media massa berperan sebagai penunjang karena fungsi ini menuntut adanya kelompok-kelompok diskusi yang akan membuat keputusan, dan media massa menyampaikan bahan untuk didiskusikan serta memperjelas masalah yang sedang diperbincangkan.

3. Sebagai Pendidik. Sebagian dapat dilaksanakan sendiri oleh media massa, sedangkan bagian yang lainnya dikombinasikan dengan komunikasi antarpribadi. Misalkan program-program pendidikan luar sekolah, atau siaran pendidikan.

Pertemuan 3 - Leadership dan Komunikasi

Kemampuan manusia dapat dibedakan menjadi dua, Soft Skill sebesar 70% dan Skill of Knowledge sebesar 30%.

Bermodal dari kemampuan tersebut, manusia terbagi lagi atas mereka yang berpotensi menjadi pemimpin dan mereka yang kurang memiliki potensi sebagai pemimpin.

Pemimpin yang baik adalah orang yang memiliki resonansi atau mampu mengutarakan hal yang baik kepada anak buahnya atau orang sekitarnya.

Adapun terhadap hal tersebut diatas, terdapat beberapa inti atau domain kecerdasan emosi dan kompetensi diri yang terkait, diantaranya :

- - 0 komentar

Gender

Gender (baca: [gènder]) dalam sosiologi mengacu pada sekumpulan ciri-ciri khas yang dikaitkan dengan jenis kelamin individu (seseorang) dan diarahkan pada peran sosial atau identitasnya dalam masyarakat. WHO (World Health Organization) memberi batasan gender sebagai seperangkat peran, perilaku, kegiatan, dan atribut yang dianggap layak bagi laki-laki dan perempuan, yang dikonstruksi secara sosial, dalam suatu masyarakat.

Konsep gender berbeda dari seks atau jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) yang bersifat biologis, walaupun dalam pembicaraan sehari-hari seks dan gender dapat saling dipertukarkan. Jika jenis kelamin keseluruhannya merupakan konstrukt biologis, maka gender merupakan hasil dari konstrukt sosial yang memaknai jenis kelamin. Gender bersifat lebih kompleks dari jenis kelamin.

Dalam isu LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) gender dikaitkan dengan orientasi seksual. Seseorang yang merasa identitas gendernya tidak sejalan dengan jenis kelaminnya dapat menyebut dirinya "intergender", seperti dalam kasus waria.

Dalam konsep gender, yang dikenal adalah peran gender individu di masyarakat, sehingga orang mengenal maskulinitas dan femininitas. Sebagai ilustrasi, sesuatu yang dianggap maskulin dalam satu kebudayaan bisa dianggap sebagai feminin dalam budaya lain. Dengan kata lain, ciri maskulin atau feminin itu tergantung dari konteks sosial-budaya bukan semata-mata pada perbedaan jenis kelamin.

Kesehatan Fisik (Physical Health)

Sejak masih berbentuk embrio pada masa awal pembuahan, terutama sebelum menginjak usia dewasa. Perempuan memang lebih kuat secara fisik dibanding laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan oleh dua kromosom X yang dimiliki perempuan.

Neurologi (Neurology)

Anatomi otak perempuan bentuknya lebih padat, ukuran lebih kecil, dan lebih banyak berisi neuron daripada otak laki-laki. Fungsi bahasa pada perempuan juga didistribusikan secara merata pada kedua cerebral hemispheres dalam otaknya, sementara pada pria hanya terkonsentrasi pada hemispheres sebelah kiri. Hal ini menyebabkan pria lebih rentan terhadap gangguan bahasa seperti disleksia (dyslexia).

Sampai saat ini masih menjadi perdebatan apakah kromosom Y pada laki-laki yang membuatnya rentan terhadap gangguan kejiawaan. Seperti, keterbelakangan mental (down syndrome).

Psikologi (Psychology)

Tidak ada perbedaan antara sifat kognitif dan psikologis laki-laki dan perempuan, kalaupun ada presntasenya hanya sedikit.

Tes Kepibadian (Personality Test)

Perempuan memiliki kecenderungan tinggi dalam hal keramahan (agreeableness) kecenderungan merasa kasihan dan kooperatif. Dan, neurotisisme (neuroticism) kecenderungan merasa gelisah, marah, dan depresi).

Hasil survey MBTI menyatakan 60-75% perempuan lebih menggunakan perasaan, dan 55-80% pria lebih menggunakan pikiran.

Keagresifan (Aggression)

Laki-laki lebih agresif dari perempuan. Beberapa studi menunjukkan bahwa laki-laki memiliki kecenderungan lebih besar dalam melakukan hal-hal berbahaya daripada perempuan. Kecenderungan agresifitas berkorelasi dengan tingginya nilai testosteron (testosterone).

Sistemasi dan Berempati (Systematizing and Empathizing)

Laki-laki lebih baik dalam hal sistemasi (keinginan untuk melakukan analisa dan eksplorasi sistem serta aturan), sedangkan wanita dalam hal berempati (kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain).

Komunikasi (Communication)

Kaum feminin nyaman untuk membuka diri (self-disclose) dan berkomunikasi dengan intim dibanding kaum maskulin. Kaum feminin dan maskulin ini berkomunikasi dengan cara yang berbeda dengan kaum dari gendernya.

Kaum maskulin berteman satu sama lain didasari pada kesamaan minat, sedangkan kaum feminin didasari karena kebutuhan (simbiosis mutualisme).

Dalam hal komunikasi kaum feminin lebih ekstrovert daripada kaum maskulin. Feminin tidak segan untuk membicarakan hal-hal pribadi, sedangkan maskulin tidak. Kaum maskulin juga tak segan untuk berkompetisi dalam sebuah pertemanan.

Kesimpulannya, dalam hal komunikasi jika kita berkomunikasi dengan seseorang kita juga harus memperhatikan gender dari lawan bicara kita. Karena, tiap gender memiliki cara pendekatan yang berbeda.

Pertemuan 1 - Psikologi Massa

Psikologi massa mempelajari mengenai perilaku kelompok, dimana anggota kelompok merasa nyaman dengan anggota lain ketika melakukan pekerjaan bersama-sama. Individu memang cenderung merasa nyaman ketika melakukan hal bersama-sama karena mereka merasakan ada pihak lain yang turut terlibat dan merasakan hal yang sama. Selain itu jika mengerjakan suatu pekerjaan dalam kelompok maka pekerjaan tersebut akan lebih cepat selesai, mereka bisa saling tolong-menolong serta dapat saling berbagi (sharing) antar anggota kelompok.

Dalam sebuah kelompok, biasanya ada seseorang atau pihak yang berperan sebagai pemimpin. Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada bagaimana pemimpinnya. Crowd Pschology (bagian dari psikologi sosial) menyatakan bahwa individu bisa saja mendapat kekuasaan untuk memimpin dengan berlaku kolektif. Jadi untuk menjadi seorang pemimpin tidak hanya untuk orang yang memiliki jiwa kepemimpinan saja, akan tetapi seorang pemimpin dapat terbentuk akibat mengikuti pola tertentu dalam kelompok.

Berikut ini beberapa teori yang menjelaskan Crowd Pschology:

1. Classical Theories (Teori Klasik)

Menurut Sigmun Freud, pola pikir individu dalam kelompok akan berbeda dengan pola pikir individual diluar kelompok. Pola pikir dalam kelompok akan berbeda karena pemikiran anggota kelompok akan menyatu membentuk suatu cara berpikir tertentu. Ahli sosial lain, yakni Le Bon, menyatakan bahwa ketika berada dalam kelompok, individu menjadi anonim (tidak mudah dikenali). Situasi tersebut membuat perilaku individu menjadi berbeda dari yang biasanya. Misalnya ketika kita sedang berada pada kerumunan di halte ketika menunggu bus, kita akan cenderung diam saja, dan lebih bersikap individualistik. Edward BernaysContohnya adalah manipulasi pada berita yang disajikan di media massa. (1891-1995) menyatakan bahwa opini publik dalam kelompok bisa dimanipulasi. Manipulasi seringkali dibutuhkan dalam masyarakat walaupun ternyata manipulasi tersebut tidak masuk akal dan bisa berbahaya.

2. Contagion Theory (Teori Penularan)

Teori ini menyatakan bahwa individu yang tergabung dalam sebuah kerumunan atau kelompok yang anonim, akan meninggalkan tanggung jawab pribadinya. Sikap tersebut ditularkan dari keramaian. Jadi individu akan berperilaku berbeda akibat meniru perilaku individu lain yang sama-sama berada dalam kerumanan. Situasi dalam kerumunan dapat mengendalikan emosi seseorang, bahkan bisa menyebabkan individu bertindak tidak rasional, hingga melakukan kekerasan. Misalnya para penonton sepakbola yang melakukan tindakan anarkis akibat meniru tindakan suporter tim lain yang melakukan aksi serupa.

3. Convergence Theory (Teori Konvergensi)

Teori ini menyatakan bahwa ketakutan atau kerusuhan dalam suatu kerumunan disebabkan karena adanya pihak yang menjadi inisiator. Individu cenderung membentuk sebuah kerumunan atau kelompok untuk melakukan tindakan yang berbeda. Hal ini disebabkan karena dengan berada dalam kerumunan, individu dapat meninggalkan tanggung jawabnya dan memiliki keberanian yang lebih tinggi.

4. Emergent-Norm Theory

Menurut Ralph Turner and Lewis Killian, dalam sebuah kerumunan, terdiri dari individu yang memiliki berbagai motif dan kepentingan. Individu dalam kerumunan seringkali menciptakan peraturan/norma kelompok mereka sendiri dan menjalani peran yang berbeda-beda, ada yang berperan sebagai pemimpin dan yang lain berperan sebagai pengikut. Norma yang dibentuk dipandang sesuai dengan keyakinannya, dan apabila berseberangan dengan nilai / norma yang berlaku, maka konflik mungkin saja terjadi.

Berikut ini 4 bentuk perilaku kolektif:

1. The Crowd (Keramaian/Kerumunan)

Crowd merupakan suatu bentuk perilaku kolektif yang melibatkan emosi individu. Terdapat 2 bentuk dari crowd, yakni crowd positif dan crowd negatif. Bentuk positif dari keramaian dapat kita lihat seperti pada kasus pengumpulan koin untuk Prita Mulyasari saat menghadapi kasus melawan Rumah Sakit Omni Internasional. Sedangkan bentuk negatif dari keramaian dapat kita lihat seperti pada kasus kerusuhan di Tanjung Priuk yang melibatkan warga sekitar pemakaman Mbah Priok dengan Satpol PP.

Ada 3 bentuk kelompok emosi yang bisa muncul dalam crowd (Neil Smelser, John Lofland), yakni : panik (bentuk ekspresi ketakutan), agak menggila (bentuk ekspresi kegembiraan), dan luapan kemarahan (bentuk ekspresi marah).

2. The Public

Publik disini tidaklah sama dengan anggota kelompok sosial atau masyarakat pada umumnya. Publik terbentuk ketika terdapat sebuah diskusi mengenai sebuah isu, dan akan berakhir ketika sudah tercapai sebuah keputusan mengenai isu tersebut.

3. The Mass (Massa)

Massa disini tidak didefinisikan sebagai sebuah bentuk interaksi, akan tetapi upaya beberapa orang yang menggunakan media. Media yang dikenal pertama kali adalah media cetak. Setelah bertahun-tahun media massa semakin berkembang , hingga kini ilmu tentang komunikasi massa seperti opini publik telah menjadi bidang akademik. Berbeda dengan kelompok publik yang bertindak untuk memecahkan sebuah masalah, massa memulai aksinya ketika anggotanya memilih diantara pilihan yang ditawarkan.

4. The Social Movement (Gerakan Sosial)

Blumer¸membaginya kedalam dua jenis, yakni:

· Active Social Movement : berusaha mengubah suatu kelompok sosial

· Expressive Social Movement : berusaha mengubah anggota kelompok itu sendiri

Pada bahasan ini, dapat disimpulkan bahwa psikologi massa mempelajari mengenai bagaimana perilaku individu ketika berada dalam suatu kerumunan atau kelompok. Tindakan dan perilaku individu tersebut akan berbeda apabila sudah berada diluar kelompok. Bahkan perilaku kolektif dapat mendorong sesorang untuk berperan sebagai pemimpin dalam kelompok.

Powered By Blogger