Pertemuan 1 - Psikologi Massa

Psikologi massa mempelajari mengenai perilaku kelompok, dimana anggota kelompok merasa nyaman dengan anggota lain ketika melakukan pekerjaan bersama-sama. Individu memang cenderung merasa nyaman ketika melakukan hal bersama-sama karena mereka merasakan ada pihak lain yang turut terlibat dan merasakan hal yang sama. Selain itu jika mengerjakan suatu pekerjaan dalam kelompok maka pekerjaan tersebut akan lebih cepat selesai, mereka bisa saling tolong-menolong serta dapat saling berbagi (sharing) antar anggota kelompok.

Dalam sebuah kelompok, biasanya ada seseorang atau pihak yang berperan sebagai pemimpin. Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada bagaimana pemimpinnya. Crowd Pschology (bagian dari psikologi sosial) menyatakan bahwa individu bisa saja mendapat kekuasaan untuk memimpin dengan berlaku kolektif. Jadi untuk menjadi seorang pemimpin tidak hanya untuk orang yang memiliki jiwa kepemimpinan saja, akan tetapi seorang pemimpin dapat terbentuk akibat mengikuti pola tertentu dalam kelompok.

Berikut ini beberapa teori yang menjelaskan Crowd Pschology:

1. Classical Theories (Teori Klasik)

Menurut Sigmun Freud, pola pikir individu dalam kelompok akan berbeda dengan pola pikir individual diluar kelompok. Pola pikir dalam kelompok akan berbeda karena pemikiran anggota kelompok akan menyatu membentuk suatu cara berpikir tertentu. Ahli sosial lain, yakni Le Bon, menyatakan bahwa ketika berada dalam kelompok, individu menjadi anonim (tidak mudah dikenali). Situasi tersebut membuat perilaku individu menjadi berbeda dari yang biasanya. Misalnya ketika kita sedang berada pada kerumunan di halte ketika menunggu bus, kita akan cenderung diam saja, dan lebih bersikap individualistik. Edward BernaysContohnya adalah manipulasi pada berita yang disajikan di media massa. (1891-1995) menyatakan bahwa opini publik dalam kelompok bisa dimanipulasi. Manipulasi seringkali dibutuhkan dalam masyarakat walaupun ternyata manipulasi tersebut tidak masuk akal dan bisa berbahaya.

2. Contagion Theory (Teori Penularan)

Teori ini menyatakan bahwa individu yang tergabung dalam sebuah kerumunan atau kelompok yang anonim, akan meninggalkan tanggung jawab pribadinya. Sikap tersebut ditularkan dari keramaian. Jadi individu akan berperilaku berbeda akibat meniru perilaku individu lain yang sama-sama berada dalam kerumanan. Situasi dalam kerumunan dapat mengendalikan emosi seseorang, bahkan bisa menyebabkan individu bertindak tidak rasional, hingga melakukan kekerasan. Misalnya para penonton sepakbola yang melakukan tindakan anarkis akibat meniru tindakan suporter tim lain yang melakukan aksi serupa.

3. Convergence Theory (Teori Konvergensi)

Teori ini menyatakan bahwa ketakutan atau kerusuhan dalam suatu kerumunan disebabkan karena adanya pihak yang menjadi inisiator. Individu cenderung membentuk sebuah kerumunan atau kelompok untuk melakukan tindakan yang berbeda. Hal ini disebabkan karena dengan berada dalam kerumunan, individu dapat meninggalkan tanggung jawabnya dan memiliki keberanian yang lebih tinggi.

4. Emergent-Norm Theory

Menurut Ralph Turner and Lewis Killian, dalam sebuah kerumunan, terdiri dari individu yang memiliki berbagai motif dan kepentingan. Individu dalam kerumunan seringkali menciptakan peraturan/norma kelompok mereka sendiri dan menjalani peran yang berbeda-beda, ada yang berperan sebagai pemimpin dan yang lain berperan sebagai pengikut. Norma yang dibentuk dipandang sesuai dengan keyakinannya, dan apabila berseberangan dengan nilai / norma yang berlaku, maka konflik mungkin saja terjadi.

Berikut ini 4 bentuk perilaku kolektif:

1. The Crowd (Keramaian/Kerumunan)

Crowd merupakan suatu bentuk perilaku kolektif yang melibatkan emosi individu. Terdapat 2 bentuk dari crowd, yakni crowd positif dan crowd negatif. Bentuk positif dari keramaian dapat kita lihat seperti pada kasus pengumpulan koin untuk Prita Mulyasari saat menghadapi kasus melawan Rumah Sakit Omni Internasional. Sedangkan bentuk negatif dari keramaian dapat kita lihat seperti pada kasus kerusuhan di Tanjung Priuk yang melibatkan warga sekitar pemakaman Mbah Priok dengan Satpol PP.

Ada 3 bentuk kelompok emosi yang bisa muncul dalam crowd (Neil Smelser, John Lofland), yakni : panik (bentuk ekspresi ketakutan), agak menggila (bentuk ekspresi kegembiraan), dan luapan kemarahan (bentuk ekspresi marah).

2. The Public

Publik disini tidaklah sama dengan anggota kelompok sosial atau masyarakat pada umumnya. Publik terbentuk ketika terdapat sebuah diskusi mengenai sebuah isu, dan akan berakhir ketika sudah tercapai sebuah keputusan mengenai isu tersebut.

3. The Mass (Massa)

Massa disini tidak didefinisikan sebagai sebuah bentuk interaksi, akan tetapi upaya beberapa orang yang menggunakan media. Media yang dikenal pertama kali adalah media cetak. Setelah bertahun-tahun media massa semakin berkembang , hingga kini ilmu tentang komunikasi massa seperti opini publik telah menjadi bidang akademik. Berbeda dengan kelompok publik yang bertindak untuk memecahkan sebuah masalah, massa memulai aksinya ketika anggotanya memilih diantara pilihan yang ditawarkan.

4. The Social Movement (Gerakan Sosial)

Blumer¸membaginya kedalam dua jenis, yakni:

· Active Social Movement : berusaha mengubah suatu kelompok sosial

· Expressive Social Movement : berusaha mengubah anggota kelompok itu sendiri

Pada bahasan ini, dapat disimpulkan bahwa psikologi massa mempelajari mengenai bagaimana perilaku individu ketika berada dalam suatu kerumunan atau kelompok. Tindakan dan perilaku individu tersebut akan berbeda apabila sudah berada diluar kelompok. Bahkan perilaku kolektif dapat mendorong sesorang untuk berperan sebagai pemimpin dalam kelompok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger